CATATAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7_SIDOARJO
Koneksi Antarmateri - Modul 3.1
KETRAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Perkenalkan nama
saya Ria Arummanah. Saya adalah Calon Guru Penggerak angkatan 7 tahun 2023 dari
SDN Punggul 1 Kec. Gedangan Sidoarjo Jawa Timur. Pada kesempatan ini saya
membuat tugas koneksi antar materi tentang modul 3.1 yaitu pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
Dimana artikel
koneksi antar materi ini berhubungan dengan materi-materi yang saya pelajari
selama mengikuti pendidikan guru penggerak. Konsep awal yang akan saya uraikan
berhubungan dengan pertanyaan dasar yaitu:
1. Koneksi filosofi
Ki Hajar Dewantara dengan filosofi konsep Triloka memiliki dengan penerapan
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin (Modul 1.1)
Sebagai
seorang guru, segala tingkah lakunya memang dianggap sebagai role model bagi
masyarakat, oleh karena itu pembentukan nilai diri harus menjadi teladan bagi
muridnya. Untuk memudahkan seorang guru dalam pengambilan keputusan yang
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
seorang guru harus memilki dan berpedoman pada asas pendidikan yang kita kenal
sebagai patrap triloka. Konsep triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing
ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan
tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah
membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan".
Dengan pratap triloka tersebut maka seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus mampu menjadi sosok yang bisa mengambil keputusan yang tepat serta
berpihak pada murid.
2. Koneksi
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan? (Modul 1.2)
Nilai-nilai
yang tertanam pada sorang guru seharusnya adalah nilai-nilai kebajikan. Karena
nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri guru diibaratkan seperti gunung es
yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di
dalam alam bawah sadar kita. Diane Gossen (1998) seorang pakar
pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap
nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan
kepada murid-murid kita. Selanjutnya Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin
menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan
pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan
universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran,
Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin,
Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai-nilai
tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berpengaruh pada pembentukan
karakter sebagai pendidik dan sebagai pedoman dalam mengambil sebuah keputusan.
Sebagai Calon Guru Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan
diimplementasikan seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan
berpihak pada murid. Dalam mengambil keputusan yang tepat diperlukan
nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga
keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang
paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada
anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan
visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi
sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.
3.
Koneksi materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan ‘coaching’ (Modul 2.3)
Keterampilan
paradigma berpikir Coaching merupakan keterampilan menggali kemampuan orang
lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan
coaching yang harus dimiliki diantaranya adalah mampu memberikan pertanyaan
yang berbobot, kehadiran penuh (full presence), memiliki pembawaan yang
positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan,
berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat
diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T:
Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi
bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan
murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir
potensinya dan menghilangkan permasalahan yang dihadapi yang sudah menyumbat
pemikiranya, sehingga terasa plong, bebas Kembali dari masalahnya tersebut.
Kegiatan Coaching yang diberikan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan itu sudah berpihak pada murid, apakah sudah sesuai dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu bermanfaat bagi banyak orang, apakah keputusan itu dibenarkan? harus dapat mengetahui dan memahami kebutuhan belajar dan keadaan sosial dan emosional siswa, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa, membantu saya dalam membuat keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan lingkungan yang nyaman. Sesi coaching membantu guru memaksimalkan potensi mereka dalam memecahkan masalah. Hal ini memungkinkan guru untuk menggunakan teknik coaching untuk mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada murid.
4. Koneksi kemampuan
guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh
terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? (Modul
2.2)
Dalam
melaksanakan proses pendidikan, pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat
dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan
emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Proses
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan
sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness),
kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat diharapkan
untuk dapat menerapkan diskresi dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dengan mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan
kesalahan dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika
dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran.
5. Koneksi
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? (Modul 3.1)
Sebagai pemimpin
pembelajaran, pendidik harus mampu melihat masalah yang dihadapinya, apakah itu
dilema etika atau bujukan moral. Pendidik dengan nilai-nilai pendidik yang
inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif dapat membimbing peserta didik
dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi
tantangan. Melakukan dan bertindak untuk kepentingan murid, menjunjung tinggi
prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan apa yang kita ingin orang lain lakukan
terhadap kita. Ada banyak cara untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab:
Pertimbangan prinsip dan langkah-langkah untuk membuat dan menguji keputusan
dalam kaitannya dengan masalah yang dihadapi. Dan jika masalah tersebut dilema
etika atau benar VS benar maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4
paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9
langkah pengujian pengambilan keputusan.
6. Koneksi
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. (Modul 1.4)
Untuk
bisa membuat sebuah keputusan yang sempurna dan berdampak dalam terciptanya
lingkungan budaya yang positif, kondusif, dan nyaman, hal pertama yg wajib kita
lakukan merupakan mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah
tadi termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila masalah tadi adalah
dilema etika atau bukan, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib bisa
menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip & 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil
bisa membangun lingkungan yang positif, kondusif, dan nyaman buat muridnya.
Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait masalah dalam bujukan moral atau
dilema etika hanya bisa dicapai bila dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan
5 tahap uji . Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan
secara seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan
9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh
kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat , sehingga nantinya akan berdampak positif
dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman serta berpihak
pada murid.
7. Dampak dan akibat
yang dihadapi untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika (Modul 3.1)
Sebelum
mempelajari modul ini, saya mengalami masalah atau kasus yang berkaitan dengan
dilema etika. Keputusan yang saya buat saat itu sering kali didasarkan pada
intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi
saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran care based thinking
adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang
berkaitan dengan dilema etika. Dalam kasus keyakinan moral atau dilema moral,
saya berada dalam situasi seperti itu, tetapi ketika itu terjadi, saya mencoba
untuk berpikir dan menganalisis baik buruknya situasi yang saya hadapi dan
mengambil keputusan. kolega, teman, atau anggota keluarga yang Anda anggap
sebagai teladan atau teladan. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama
persis dengan konsep yang Anda pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini
berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.
Sebagai
seseorang pemimpin pembelajaran kita seringkali dihadapkan dalam situasi dimana
kita diharuskan mengambil suatu keputusan, tetapi terkadang pada pengambilan
keputusan terutama dalam situasi problem yang kita hadapi masih kesulitan
contohnya lingkungan yg kurang mendukung, bertentangan menggunakan peraturan,
pimpinan tidaak merespon lantaran merasa lebih berwenang, kurang bisa
meyakinkan orang lain bahwa keputusan yg diambil telah sempurna, perbedaaan
dalam cara pandang dan adanya dilema etika dan bujukan moral.
Sebagai
seorang guru, saya merasakan dampak yang begitu terasa dan terlihat terkait
materi pengambilan keputusan pada modul 3.1 ini. Tujuan dari belajar adalah
memerdekakan siswa, agar ia mencapai kodratnya sesuai dengan potensi yang ia
miliki. sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa
menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat.
Dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita
mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka
keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya
tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada
murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan.
Oleh karena itu
dalam proses pengambilan keputusan harus berpihak pada murid. Pendidik yang mampu
mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam
proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa
depan yang lebih baik.
8. Kesimpulan akhir
yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya.
Kesimpulan
akhir yang saya dapatkan dalam pembelajaran materi modul 3.1 pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dan keterkaitan
dengan modul-modul sebelumnya adalah merupakan satu kesatuan untuk memerdekakan
murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk
mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri,
sekolah maupun masyarakat.
Pengambilan
keputusan dalam pembelajaran harus berdasarkan pada budaya positif dan
menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman (well being).
Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam sebuah keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Untuk membuat keputusan yang baik, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Ini juga membantu siswa menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri. Keterampilan cocaching dapat diterapkan pada teman sebaya dan masyarakat terkait dengan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran. Selanjutnya pengambilan keputusan membutuhkan kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan interpersonal (relationship skills), dan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam kesadaran penuh (mindfullness) dan sadar dengan pilihan dan hasil yang berbeda. Dalam mewujudkan peserta didik yang memiliki profil pelajar Pancasila demi terwujudnya merdeka belajar.
Dalam
menjalankan peran sebagai pendidik, tentu seringkali kita menghadapi situasi
dimana kita harus mengambil keputusan dimana terdapat nilai-nilai kebajikan
universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan.
Namun sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak
selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan
nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala
konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dilema etika sendiri merupakan dua
keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan
dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika
benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika
yang
bisa
dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan
kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek
lawan jangka panjang (short term vs long term)
Seorang guru
sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau
pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta
menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat
pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
a.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
b.
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
c.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu
pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau
nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada
akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita
ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan
universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran,
guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang
tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah
keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan
keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Ada
9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan
1. Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
2. Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian
benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji
panutan/idola)
5. Pengujian
paradigma benar atau salah
6. Prinsip
pengambilan keputusan
7. Investigasi
tri lema
8. Buat keputusan
9. Meninjau
kembali keputusan dan refleksikan
Hal
yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan
saya berfikir hanya perlu mengumpulkan fakta dan melihat benar-salah. Ternyata
dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja
namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Karena selam ini saya berargumen jika pengambilan
keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki resiko paling sedikit
terhadap institusi dan diri sendiri.
Dan
dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya menjadi
lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, terutama sebagai pemimpin
pembelajaran. Setelah melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini,
saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan
efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak
negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah
melalui tahapan yang seharusnya. Dan setiap keputusan yang akan saya ambil
kedepannya akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak bagi kemajuan
pendidikan.Saya juga merasa mendapatkan wawasan yang berharga sebagai individu,
terutama ketika melihat masalah yang saya hadapi.
Saya
percaya bahwa pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini sangat penting,
baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, untuk
dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan
keputusan yang ceroboh. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan
keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak
didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur.kekarang saya mengerti
bagaimana keputusan dibuat. Membuat keputusan serta dapat membedakan antara
dilema etika dan bujukan moral dan menggunakan sembilan langkah pengambilan
keputusan memberi saya kepercayaan diri dalam membuat keputusan yang tepat.
Mempraktikkan keterampilan membuat keputusan ini dan menerapkan pengetahuan
yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.
Terima
Kasih. Semoga Bermanfaat.
Salam Guru Hebat.
Tergerak Bergerak Menggerakkan dan Berdampak.
Salam guru hebat. Goresan yang inspiratif.
BalasHapusTerima kasih, semoga bermanfaat
Hapus