Sebuah Catatan CGP Angkatan 7 Kabupaten Sidoarjo
AKSI NYATA - MODUL 3.1
RANCANGAN AKSI NYATA MODUL 3.1 a 10
KETRAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
RIA ARUMMANAH, CGP ANGKATAN 7 KELAS 120 SD NEGERI PUNGGUL 1
GEDANGAN – SIDOARJO
Pada tahapan akhir
dari siklus pembelajaran MERDEKA Modul 3.1 Calon Guru Penggerak adalah
mendapatkan tugas untuk menjalankan
rancangan aksi
nyata yang sudah dibuat pada tahap demonstrasi kontekstual. Rancangan
aksi nyata dibuat dalam jangka waktu 4 minggu ke depan dituangkan dalam sebuah
artikel yang mengandung empat
komponen dalam kerangka 4P (4F) yaitu Peristiwa (Facts), Perasaan
(Feelings). Pembelajaran (Findings), dan Penerapan ke depan
(Future).
Adapun aksi nyata yang telah
disusun berdasarkan refleksi 4F tersebut adalah sebagai berikut:
A. Peristiwa (Facts) :
Deskripsi singkat Aksi Nyata yang sudah dilakukan, meliputi:
latar belakang tentang situasi yang dihadapi, apa yang dilakukan pada Aksi
Nyata, alas an, serta hasil nyata dari melakukan aksi tersebut.
Ketika saya mengikuti program Guru
Penggerak dan saya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermakna
serta hal-hal baru yang bersifat positif, tentunya saya ingin segera
menstranfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan tersebut. Namun
dengan keterbatasan yang saya miliki, saya merasa hal tersebut adalah tantangan
bagi saya dan saya tidak mampu jika harus berjalan sendiri. Oleh karena itu hal
pertama yang saya lakukan adalah saya menyampaikan hal-hal yang saya dapatkan
kepada kepala sekolah, saya sharing dengan rekan sejawat. Dengan dukungan penuh
dari kepala sekolah selaku pemangku kebijakan, beban berat saya untuk
mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan kepada rekan sejawat
dan warga sekolah menjadi terasa ringan karena saya tidak sendiri, saya
berkolaborasi dengan warga sekolah untuk mengimplementasikannya melalui
sosialisai kepada rekan sejawat, praktik langsung di dalam kelas serta melalui
media social saya.
Pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus
dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir
seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat
diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan
keputusan.
Warga
sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa
itu dilemma etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.
Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang
telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut
sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang
diambil tidak menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala
kemungkinan yang muncul akan dapat diminimalisir.
Dengan
melakukan praktik nyata kepada peserta didik terkait kasus yang disuguhkan,
menjadikan peserta didik tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Secara
logis mereka menimbang dan memikirkan dengan melakukan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang mereka ambil dapat dipertanggung
jawabkan dan memberikan alasan logis kepada orang tua mereka. Keputusan yang
didasarkan dengan berbagai pertimbangan matang dan dihasilkan dengan penuh
kesadaran.
A. 1. Latar Belakang
v
Sekolah adalah
'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya.
Sebagai seorang guru, di sekolah saya sering menghadapi situasi di
mana saya harus mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara
Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama
benar dan saling bertentangan.
v Dalam pengambilan sebuah keputusan, seringkali
bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan
dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku
secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya
menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.
Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal
yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial,
bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal
meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus
Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri,
Kesabaran, dan masih banyak lagi.
v Program Pendidikan Guru Penggerak yang
saya ikuti membuat hari-hari terasa cepat karena kegiatan yang begitu padat dan
membutuhkan keja dan pemikiran yang ekstra. Saya sangat bersyukur diberikan
kesempatan untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemendikbud
Ristek sebagai upaya mencetak pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai, peran,
kompetensi yang berdampak pada komunitas pembelajaran di sekolah, khsusnya pada
murid. Dengan adanya program ini diharapkan murid dapat lebih merdeka dalam
belajar dan memiliki profil pelajar pancasila sehingga guru hanya menuntun dan
mengarahkan tumbuhkembang murid-muridnya sebagaimana filosofi pendidikan
dari Ki Hajar Dewantara yang menjadi dasar kurikulum dari Program Pendidikan
Guru Penggerak ini.
v Sejalan
dengan tujuan pendidikan guru penggerak untuk menciptakan pemimpin
pembelajaran. Pembelajaran yang selalu memperhatikan perbedaan kebutuhan
belajar peserta didik dan melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT dan berakhlakul karimah, mandiri, kreatif, bernalar kritis,
gotong royong dan berkebinekaan global atau sering disebut dengan profil
pelajar pancasila.
v Cita-cita
luhur tersebut akan tercapai jika seluruh elemen yang ada di sekolah mampu
bergerak bersinergis untuk berkolaborasi, bergotong royong dan bekerja
sama. Tidak menumpukkan tanggung jawab hanya pada guru penggerak yang ada
di sekolah tersebut.
v Guru
penggerak harus menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman dan praktik baik yang
diperoleh selama pendidikan guru penggerak kepada seluruh warga sekolah. guru
penggerak akan memberikan perubahan terhadap komunitas sekolah.
A. 2. Aksi Nyata
Supaya
selaras harus dilakukan sosialisasi dan praktik pengambilan keputusan kepada
guru di SDN Punggul 1. Guru dapat melahirkan Peserta didik yang merdeka
dari proses pengambilan keputusan yang tepat dari seorang guru. Pengambilan
keputusan keputusan yang diawali dengan memetakan asset/sumber daya yang
dimiliki menggunakan pendekatan inquiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.
Kegiatan
aksi nyata ini meliputi tiga kegiatan yaitu :
a. Sosialisasi
Sosialisasi
dan praktek pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada pemangku
kepentingan dan stekholder sekolah dan komunitas praktisi dan seluruh warga
sekolah.
Dengan
sosialisasi terhadap kepala sekolah, beberapa guru, komunitas praktisi dan para
peserta didik akan memberikan pencerahan dalam pengambilan keputusan
permasalahan dilemma etika yang dihadapi warga sekolah.
Sosialisasi
kepada Peserta didik pun akan membantu mereka menentukan suatu pilihan tepat
dengan berbagai pertimbangan yang matang. Simulasi yang dilakukan kepada
peserta didik akan membantu mereka mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan
dan mendewasakan mereka dalam pengambilan keputusan.
Dalam kegiatan ini dilakukan sosialisasi
bagaimana peserta dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral ,
kemudian memahami bagaimana paradigma yang digunakan untuk pengambikan
keputusan , kemudian apa saja prinsip yang digunakan untuk pengambilan
keputusan , setelah itu bagaimana peserta dapat mempraktekkan 9 langkah
pengambilan keputusan 2.) penerapan pengambilan keputusan yang dialami
peserta didik, kegiatan ini dilakukan dengan mengimplementasikan langkah-langkah
pengambilan keputusan terhadap situasi yang dialami peserta didik.
b. Deskripsi
Aksi Nyata
Aksi nyata penerapan modul 3.1. pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan Calon Guru Penggerak di
SMPN 2 Talaga dimulai dengan mensosialisasikan perbedaan dilemma etika dan
bujukan moral serta Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan.
Sosialisasi dilakukan beberapa waktu yang berbeda.
v Pertama
sosialisasi dilakukan kepada kepala sekolah yang dihadiri pula oleh beberapa guru
dan komunitas praktisi. Di lain waktu sosialisasi di lakukan kepada seluruh
warga sekolah tak terkecuali peserta didik yang dikumpulkan di lapangan
sekolah.
v Alhamdulillah
kepala sekolah, komunitas praktisi, beberapa guru dan peserta didik menjadi
paham perbedaan antara dilemma etika dan bujukan moral.
v Mereka
pun memahami bagaimana mengambil keputusan dengan mengaplikasikan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka paham bagaimana mengambil keputusan
yang meminimalisir kesalahan dan resiko akibat keputusan yang tidak
tepat.
v Dan
mereka paham cara mengambil keputusan dengan tepat. Mereka pun diberi pemahaman
terkait paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan selain
9 langkah pengambilan keputusan.
v Selanjutnya
Calon guru penggerak mengadakan simulasi dengan beberapa peserta didik.
Beberapa peserta didik diberikan contoh kasus yang terkait dilemma etika yang
sering terjadi dengan keseharian peserta didik.
v Mereka
coba menyelesaikan kasus dilemma etika tersebut dengan memperaktekkan cara
pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman hasil sosialisasi sebelumnya. Kasus
yang meninpa mereka yang berhubungan pengambilan keputusan dan dapat
diselesaikan dengan menggunakan prinsip dan langkah pengambilan keputusan. Ada 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan meliputi :
1)
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2)
Menentukan siapa yang terlibat
3)
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
4)
Pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut yang terdiri dari
·
Uji legal
·
Uji intuisi
·
Uji Publikasi (Perasaan saat keputusan kita
dipublikasikan di halaman depan umum)
·
Uji Panutan (Keputusan apa yang akan diambil oleh
panutan/idola dalam situasi itu)
5)
Menentukan paradigma yang terjadi pada situasi tersebut
6)
Menentukan prinsip yang akan kita pilih/pakai dari tiga prinsip
7)
Melakukan Investigasi Opsi
8)
Membuat keputusan
9)
Melihat dan merefleksikan keputusan kita
v Awalnya
mereka kebingunan tetapi dengan berdiskusi dan berkolaborasi dengan temannya
sedikit demi sedikit mereka memahami cara pengimplementasian konsep pengambilan
dan pengujian keputusan. Mereka nampak antusias menyelesaikan kasus yang
disajikan. Mereka saling bertanya kasus tersebut pernah dialami pernah dialami
mereka.
v Kasus
tentang bagaimana keputusan yang harus diambil oleh seorang siswi ketika
dihadapkan dengan dua pilihan melanjutkan sekolah ke SMK karena pilihan sendiri
supaya bisa langsung bekerja untuk membantu ekonomi keluarga atau melanjutkan
ke SMA pilihan dari orang tua karena supaya bisa melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Alasan orang tua bekerja sebagai TKI, ingin anaknya sekolah
setinggi-tingginya. Sebenarnya anak tersebut pingin sekolah lebih tinggi tapi
suka ada perasaan pingin juga berkumpul bersama orang tua yang utuh biarlah
sampai SMK supaya sedikit bisa meringkan beban orang tua.
c. Penerapan
penerapan pengambilan keputusan yang dialami peserta
didik, kegiatan ini dilakukan dengan mengimplementasikan langkah-langkah
pengambilan keputusan terhadap situasi yang dialami peserta didik.
A. 3. Alasan
Alasan
melakukan aksi nyata tersebut
Perubahan
tidak akan maksimal berjalan jika dilakukan hanya oleh CGP saja. Perlu adanya
keterlibatan dari berbagai pihak khusus pemimpin/kepala sekolah dan seluruh
warga sekolah. dilemma etika merupakan dua kebenaran yang datang secara
bersamaan dan perlu ada satu pilihan tepat dari kedua kebenaran tersebut.
Alasan Aksi Nyata yang saya lakukan:
1. Menjadi satu tuntutan dan keharusan yang saya lakukan dalam
Tugas dan Kewajiban sebagai Calon Guru Penggerak adalah melakukan Aksi
Nyata sesuai dengan Modul yang dipelajari.
2. Pemahaman dan pengetahuan yang didapat selama mempelajari paket
modul harus diterapkan dalam pelaksanaan tugas di sekolah, baik dalam
pembelajaran maupun melaksanakan tugas lainnya. Hal ini diharapkan Calon Guru
Penggerak menunjukkan pemahamannya terhadap materi dengan memanfaatkannya untuk
menyelesaikan masalaah yang dihadapi.
3. Penerapan Ilmu pengetahuan, pemahaman yang didapatkan
ini diharapkan benar-benar dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya.
Hal ini juga mengandung maksud agar apa yang diperoleh kemudian diterapkan oleh
Calon Guru Penggerak menjadi praktik baik yang bisa ditiru oleh rekan sejawat
(guru lainnya).
4. Situasi dan Kondisi negara yang belum stabil megharuskan sekolah
sebagai lembaga pendidikan harus selalu siap melakukan perubahan di setiap saat
dalam mengadakan pelayanan kepada murid. Pembelajaran yang belum bisa
dilaksanakan secara normal, dan masih harus melakukan kombinasi secara daring
dan tatap muka terbatas, jelas membutuhkan kecermatan, ketelitian dan kebijakan
yang tepat untuk dilaksanakan sekolah. Dalam hal ini, saya selaku Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum selalu aktif untuk berkonsultasi dengan atasan (Kepala
Sekolah), Komunikasi dan koordinasi dengan Tim Kurikulum dan juga Seluruh Guru
dan Karyawan agar dapat menterjemahkan kebijakan Dinas dan Kepala Sekolah
secara tepat dan cepat.
5. Pembelajaran diferensiasi (konten, proses, produk) memunculkan
permasalahan yang cukup pelik dalam memberikan pelayanan kepada murid. Tingkat
kedisiplinan murid yang cenderung menurun, keterlibatan orang tua dalam
pengawasan belajar murid selama pembelajaran juga kurang optimal. Hal ini
memerlukan pemikiran yang tepat agar murid tetap terlayani dengan baik namun
juga tuntutan kualitas tetap terjaga.
6. Membantu guru dan murid untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi dengan meningkatkan efektifitas komunikasi dan kolaborasi sesama guru,
murid dan juga dengan orang tua/wali murid, serta optimalisasi dari peran wali
kelas.
7. Kepedulian dan pelayanan kepada murid harus ditingkatkan agar tujuan
Pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan kualitas yang tetap terjaga.
A. 4. Hasil Aksi Nyata
1. Terlaksananya dengan baik rancangan Aksi nyata sebagai satu
tugas yang harus dilaksanakan Calon Guru Penggerak
2. Optimalisasi peran guru dalam memberikan pelayanan kepada murid.
3. Menyelesaikan masalah yang dihadapi di sekolah dengan tidak ada
yang merasa dirugikan.
4. Pengambilan
keputusan menjadi salah satu bagian tidak terpisahkan dari bagimana kita
menyusun, membuat bahkan memutuskan sebuah permasalahan yang berkaitan tentang
pembelajaran disekolah.
Pengambilan
keputusan tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, melainkan juga oleh
seluruh warga sekolah. Pada kenyataan masih ada dalam hal ini guru yang belum
memahami perbedaan antara bujukan moral dengan dilema etika. Selain itu, masih
banyak juga yang belum memahami tentang langkah-langkah tepat mengambil
keputusan dan tidak jarang pula keputusan yang diambil tidak hanya
mengakomudasi kepentingan salah satu pihak. Pada dasaranya keputusan yang baik
dan tepat merupakan keputusan yang dapat mengakomudasi kepentingan kedua belah
pihak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman
warga sekolah terkait bagaimana mengambil keputusan yang tepat terhadap sebuah
dilemma yang dihadapi.
Beranjak dari kondisi diatas,
saya pun telah berusaha untuk meberapkan langkah-langkah yang saya lakukan
dalam aksi nyata sebagai berikut.
Rencana
Aksi nyata yang akan saya lakukan di sekolah :
1.
Berkoordinasi dengan kepala sekolah terkait
pelaksanaan aksi nyata yang akan dilakukan terkait pengambilan dan pengujian
keputusan yang diperoleh dalam Pendidikan guru penggerak modul 3.1. Selanjutnya
berdasarkan hasil koordinasi yang telah dilakukan, bapak kepala sekolah sangat
mengapresiasi penerapan aksi nyata yang akan dilakukan
2.
Menyusun rencana aksi nyata yang akan dilakukan,
dalam hal ini aksi nyata yang dilakukan terkait dengan kodisi yang terjadi
disekolah atau permasalah yang dialami murid di sekolah, baik masalah pribadi,
sosial, belajar maupun karir.
3.
Menganalisis kasus yang terjadi disekolah saat
ini, hal ini dilakukan untuk memahami kasus yang terjadi. Dalam hal ini
melibatkan guru BK dan guru mata pelajaran dalam menganalisis kasus yang perlu
penanganan yang mendesak terlebih dahulu
4.
Menyusun materi berbagi terkait 9 langkan
pengambilan dan pengujian keputusan yang efektif. Dalam hal ini materi yang
saya gunakan dalam berbagi ini adalah raingkasan modul 3.1 terkait pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
5.
Menyampaikan materi
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran kepada kepala
sekolah dan selanjutnya saya akan mensosialisasikan garis besar materi pada
modul 3.1 kepada rekan sejawat.di sekolah.
6.
Mempraktikkan secara
langsung pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada siswa di
kelas.
7.
Proses berbagi dengan komunitas guru BK dan wali
kelas terkait pengambilan keputusan terutama dalam mengambil keputusan terkait
bujukan moral dan dilemma etika. Yang diawali dengan menggali pemahaman awal
mereka terkait kasus dilemma etika maupun bujukan moral, selanjutnya dari
pemahaman awal tersebut dijadikan sebagai penguatan Kembali atas pemahaman
bagaimana dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kasus dilemma etika
ataupun bujukan moral. Sehingga nantinya keputusan yang diambil dapat efektif
dan efisien.hasil dari proses ini rekan sejawat memiliki pemahaman bagaimana
mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang efektif
8.
Evaluasi melalui koordinasi dengan guru BK dan
wali kelas terkait sejauh mana penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran terkait kasus yang dihadapi yang berkenaan dengan kondisi murid
B. Feeling / Perasaan
Perasaan Saat Melaksanakan Aksi
Nyata : Ada keraguan yang sering muncul di benak.
1.
Apakah praktik baik yang akan dilakukan yaitu
pengimbasan pengetahuan dan pengalaman terkait konsep pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami oleh seluruh warga
sekolah. dan apakah peserta didik mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan dalam kasus yang disuguhkan.
2.
Seiring dengan proses yang dilakukan keraguan
tersebut terbantahkan. Seluruh warga sekolah menerima dengan tangan terbuka terhadap
perubahan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Walaupun konsep
pengambilan dan pengujian keputusan termasuk konsep baru Alhamdulillah proses
sosialisasi kepada seluruh warga sekolah berjalan sesuai dengan harapan dan
siswa pun mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan
terhadap kasus yang disuguhkan kepada mereka.
3.
Pada saat saya mendapatkan
dukugnan dari Kepala Sekolah untuk melaksanakan rancangan aksi nyata saya
merasa bersyukur dan optimis untuk melangkah lebih jauh ke depan. Saya percaya
bahwa memberikan yang terbaik dari dalam diri sendiri untuk orang lain baik itu
keluarga terdekat, siswa kita, teman sejawat, lingkungan sosial dan masyarakat
luas akan berdampak positif bagi diri kita sendiri. Kuncinya siapa yang menanam
dia akan memanen hasilnya. Perasaan
saya ketika saya dapat berbagi ilmu dengan teman sejawat di sekolah saya merasa
puas, senang, gembira dan sangat bermakna bagi saya.
4.
Saat merencanakan aksi nyata, saya dihadapkan
dengan paradigma dilema etika jangka pendek lawan jangka panjang dengan memilih
antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa
yang akan datang sehingga benar jika Program Pendidikan Guru Penggerak
merupakan prioritas dan di satu sisi, juga memberikan pelayanan kepada Murid
(pembelajaran) dan juga tugas sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
5.
Dengan bekal elaborasi pemahaman bersama
instruktur, berdiskusi dengan fasilitator, serta pendampingan dari Pengajar
Praktik dan juga sesama calon guru penggerak, dan belajar secara mandiri, saya
melakukan metakognisi terhadap materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran dengan mengambil prinsip resolusi yakni Berpikir berbasis hasil
akhir (End-based thinking). Artinya, keputusan yang diambil untuk kebaikan
orang banyak.
6.
Selanjutnya penulis menerapkan 9 langkah pengujian
dan pengambilan keputusan. Mulai dari mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan, melakukan pengujian benar atau salah: Uji Legal (Apakah ada
pelanggaran hukum dalam situasi ini), Uji Regulasi/profesionalitas (Apakah ada
pelanggaran peraturan/ kode etik), Uji Intuisi (Menurut intuisi/perasaan kita,
apa ada yang salah), Uji Halaman Depan Koran (Apabila hal ini dipublikasikan
(warga di luar sekolah tahu), apakah akan merasa malu dan tidak nyaman), dan
Uji panutan/idola (apa yang dilakukan orang bijak jika masalah ini terjadi),
Pengujian paradigma Benar Lawan Benar, melakukan prinsip resolusi, Investigasi
opsi trilemma (Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif lainnya yang tidak
terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini), membuat Keputusan dan
terakhir melihat kembali keputusan dan merefleksikan.
7.
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka
saya memiliki optimism dengan memutuskan untuk tetap menjalankan tugas program
jangka pendek sebagai guru dan juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan
tugas-tugas sebagai calin guru penggerak yang merupakan program jangka panjang
artinya tenggat waktu penugasannya lebih lama sehingga penulis dapat
melakukannya secara seimbang dengan cara memanajemen waktu secara efektif dan
efisien.
8.
Setelah penerapan aksi nyata modul 3.1. terkait
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran awalnya merasa agak canggung
terutama dalam memulai komunikasi terkait rencana pelaksanaan aksi nyata yang
akan dilakukan. Namun dengan kolaborasi yang telah dilakukan aksi nyata pun
dapat terlaksana dengan baik. Perasaan bahagiapun saya rasakan ketika dapat
berbagai dan sekaligus tertantang untuk terus berlatih, berbagi dan
meningkatkan pemahaman saya dan rekan sejawat lainnya terkait pengambilan
keputusan yang efektif sebagai pemimpin pembelajaran.
C.
Finding/Pembelajaran
Dari dilema etika yang saya hadapi, maka ada
beberapa pembelajaran yang dapat dipetik yakni:
1.
Sebagai pemimpin pembelajaran kita
harus memiliki kompetensi resiliensi (daya lenting) sehingga dapat menghadapi
berbagai situasi dan tantangan.
- Guru harus memiliki kesadaran diri
bahwa ia memiliki tugas dan tanggung jawab yang banyak, maka dari itu
hanya dirinya yang memahami bagaimana cara menyelesaikannya.
- Guru harus memiliki kompetensi
pengelolaan diri terutama manajemen waktu sehingga setiap pekerjaannya
bisa diselesaikan dengan baik sesuai dengan prioritas yang ada.
- Guru harus memiliki kesadaran
sosial yakni dapat membagi ilmu dan pengalaman yang dimilikinya kepada
teman-teman sejawat, khususnya dalam satu sekolah.
- Seorang pemimpin pembelajaran
harus dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab.
- Guru harus secara aktif melakukan
konsultasi, komunikasi dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder yang
ada dalam rangka memberikan pelayanan secara optimal kepada
murid.
7.
Praktek baik penerapan konsep pengambilan
keputusan hanya dilakukan kepada beberapa peserta didik tidak semua peserta
didik melakuka praktek baik tersebut. Tidak menutup kemungkinan masih banyak
peserta didik kebingungan dan bahkan tidak secara maksimal mampu mempraktekkan
9 langkah pengambilan keputusan dalam menyelesaikan kasus dilemma etika yang bakal
mereka hadapi di kemudian hari.
8.
Pengambilan keputusan bisa jadi tidak berjalan
seutuhnya apalagi jika pengambilan keputusan tersebut berbenturan dengan
kebijakan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh pemangku kebijakan
dalam satu institusi (Sekolah).
9.
Suatu praktik baik yang dilakukan dengan niat
tulus dan sejalan dengan peningkatan kualitas seluruh elemen institusi akan
memberikan kemanfaatan dan keberhasilan terhadap institusi tersebut. Begitu pun
dengan praktik baik yang dilakukan CGP di SDN Punggul 1 memberikan beberapa
keberhasilan di antaranya sebagai berikut:
v Khazanah
pengetahuan dan pengalaman dalam pengambilan keputusan seluruh warga sekolah
makin bertambah dan meningkat.
v Kepala
sekolah, guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya bergerak bersinergis
menerapkan proses pengambilan keputusan baik di kegiatan sekolah ataupun di
kelas.
v Terjadi
perubahan paradigma warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tadi selalu
bergerak cepat sekarang ada proses dengan pertimbangan dan menerapkan 9 langkah
pengambilan keputusan.
v Budaya kolaborasi dan berbagi praktik
baik akan sangat mendukung terciptanya ekosistem sekolah yang lebih baik.
Sebagai Calon Guru Penggerak saya harus banyak belajar dan belajar sepanjang
hayat guna meningkatkan kompetensi diri sehingga dapat menerapkan pembelajaran
yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi diri sendiri, peserta didik serta
masyarakat.
Pembelajaran yang saya dapatkan setelah pelaksanaan aksi
nyata ini adalah sangat luar bisa karena dalam hal ini saya dapat belajar untuk
selalu berkolaborasi, berbagi dan belajar untuk memulai berkomunikasi terkait
apa rencana yang kita miliki terutaman untuk pembelajaran yang berpihak kepada
murid. Selain itu pembelajaran yang saya dapatkan adalah adanya Kerjasama yang
baik serta meningkatnya pemahaman terkait bagaimana dalam mengambil keputusan
yang efektif sehingga dari semua itu dapat berdampak pada murid itu sendiri.
D.
Penerapan ke depan (Future).
1.
Penerapan
ke depan saya akan
menggunakan nilai-nilai kebajikan untuk membantu saya dalam mengambil langkah
sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil suatu keputusan terbaik dan
bijaksana sehingga peran saya sebagai seorang guru akan lebih bermakna.
2. Sedangkan
perubahan nyata yang saya rasakan dalam diri saya, adalah adanya tekad dalam
meningkatkan pembelajaran dalam bentuk kolaborasi sebagai bentuk dukungan dari
rekan sejawat. Peningkatan sikap dan pemikiran positif terkait dengan
peningkatan kompetensi diri, khususnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap keputusan yang kita
diambil ke depannya terkait peran kita sebagai pemimpin pembelajaran.
3. Rencana
perbaikan penerapan yang dilakukan adalah :
v Setiap
peserta didik diberikan kesempatan yang sama untuk mempraktikkan konsep
pengambilan keputusan dengan menerapakan Sembilan langkah pengujian dan
pengambilan keputusan baik dalam forum diskusi maupun disisipkan sebagai materi
tambahan yang dilakukan guru mata pelajaran.
v Memaksimalkan
peran komunitas praktisi dalam membantuk menerapkan konsep pengambilan
keputusan sebagai agen perubahan yang akan memberikan layanan terhadap
kesulitan yang terjadi pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
v Melibatkan
warga sekolah untuk melakukan umpan balik dari setiap pengambilan keputusan
yang dibuat dan memberikan keleluasaan untuk memberikan masukan demi ketepatan
keputusan dan melakukan refleksi.
Salah satu bentuk pengimbasan yang dilakukan guru penggerak adalah melakukan aksi nyata yaitu aksi nyata modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Berikut adalah beberapa dokumentasi aksi nyata modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Punggul 1 :
1. Foto Koordinasi dengan kepala sekolah
2. Disemenasi dengan rekan guru/Dokpri
Disemenasi dengan
rekan guru/Dokpri
Penerapan pengambilan keputusan dengan siswa
Demikianlah portofolio aksi
nyata modul 3.1 Ketrampilan pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran, semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak
Salam Guru Hebat dan Bahagia
Tergerak Bergerak dan
Menggerakkan serta Berdampak
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar