Pada modul 3.1 part 2
ini, saya merefleksikan hasil dari kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam
bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi dwi minggu ini membahas materi pada
Modul 3.1 tentang Keterampilan Pengambilan Keputusan. Jurnal refleksi ini
saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan
pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan. Dan model refleksi yang
saya gunakan adalah 4F
(Facts/Peristiwa, Feelings/Perasaan, Findings/Pembelajaran , Future/Penerapan).
Adapun yang mengembangkan
model refleksi 4F adalah Dr.
Roger Greenaway.
Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin
positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal
ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada peserta didik. Gossen
berpendapat bahwa bila ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri
seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal.
Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan,
Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas,
Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan
lain-lain. Nilai-nilai
tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berpengaruh pada pembentukan
karakter sebagai pendidik dan sebagai pedoman dalam mengambil sebuah keputusan.
Sebagai Calon Guru Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan
diimplementasikan seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan
berpihak pada murid. Pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus
dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir
seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat
diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan
keputusan.
Pengambilan
keputusan tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, melainkan juga oleh
seluruh warga sekolah. Pada kenyataan masih ada dalam hal ini guru yang belum
memahami perbedaan antara bujukan moral dengan dilema etika. Selain itu, masih
banyak juga yang belum memahami tentang langkah-langkah tepat mengambil
keputusan dan tidak jarang pula keputusan yang diambil tidak hanya
mengakomudasi kepentingan salah satu pihak. Pada dasaranya keputusan yang baik
dan tepat merupakan keputusan yang dapat mengakomudasi kepentingan kedua belah
pihak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman
warga sekolah terkait bagaimana mengambil keputusan yang tepat terhadap sebuah
dilema yang dihadapi.
Warga
sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa
itu dilema etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.
Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang
telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut
sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang
diambil tidak menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala
kemungkinan yang muncul akan dapat diminimalisir.
2.
Feelings
(Perasaan)
Sebagai seorang guru, tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di
lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. Ada keraguan yang sering muncul di dalam perasaan
apakah permasalahan tersebut konsep
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami
oleh seluruh warga sekolah karena terkadang
bisa menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu, ketrampilan pengambilan Keputusan sangat perlu dilakukan untuk
bisa membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Setelah melakukan
langkah-langkah di atas, maka saya memiliki optimisme dengan memutuskan untuk
tetap menjalankan tugas program jangka pendek sebagai guru dan juga Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan tugas-tugas sebagai calin guru penggerak
yang merupakan program jangka panjang artinya tenggat waktu penugasannya lebih
lama sehingga penulis dapat melakukannya secara seimbang dengan cara
memanajemen waktu secara efektif dan efisien.
Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh
rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu membuat keputusan serta dapat
membedakan antara dilema etika dan bujukan moral dan menggunakan sembilan
langkah pengambilan keputusan memberi saya kepercayaan diri dalam membuat
keputusan yang tepat. Mempraktikkan keterampilan membuat keputusan ini dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan
pembelajaran.
3.
Findings
(Pembelajaran)
Pembelajaran
yang saya dapatkan setelah pelaksanaan aksi nyata ini adalah sangat luar bisa
karena dalam hal ini saya dapat belajar untuk selalu berkolaborasi, berbagi dan
belajar untuk memulai berkomunikasi terkait apa rencana yang kita miliki
terutaman untuk pembelajaran yang berpihak kepada murid. Selain itu
pembelajaran yang saya dapatkan adalah adanya Kerjasama yang baik serta
meningkatnya pemahaman terkait bagaimana dalam mengambil keputusan yang efektif
sehingga dari semua itu dapat berdampak pada murid itu sendiri.
Sebagai sebuah
institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi
terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri
setiap murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar
untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral. Dimana etika sendiri berasal
dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral.
Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang
artinya sama dengan etika, yaitu, ‘adat kebiasaan’. Moralitas sebagaimana dinyatakan
oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan
dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan
etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket.
Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun.
Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan
etika, yang lebih bersifat ‘universal’ etiket bersifat lokal (Rukiyanti,
Purwastuti, Haryatmoko, 2018).
4.
Future (Penerapan)
Etika tentunya bersifat relatif dan
bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.
Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah
yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga
prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang
penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal
144). Ketiga prinsip tersebut adalah:
1. Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Dilema etika (benar vs benar) adalah
situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana
kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral
(benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat
keputusan antara benar dan salah.
Paradigma Dilema Etika
Secara umum
ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang
bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
a. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
b. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
c. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
d. Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
9 langkah Pengambilan Keputusan
Di bawah ini
adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu Anda dalam
mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya
beberapa nilai-nilai yang bertentangan.
Langkah 1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai
yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Ada 2 alasan
mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan.
Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi
masalah yang perlu diperhatikan, jangan langsung mengambil keputusan tanpa
menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini
akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek
moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
Langkah 2.
Menentukan siapa yang terlibat
dalam situasi ini.
Bila kita
telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya
adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan
apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan
moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
Langkah 3
Kumpulkan fakta-fakta yang
relevan dengan situasi ini.
Pengambilan
keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya
apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa
yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka
mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema
etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor
pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa
menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan
tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis
terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan
datang. dalam hal ini kita dapat menggunakan
salah satu teknik Coaching dan Kompetensi Sosial Emosi Teknik STOP.
Langkah 4
Pengujian benar atau salah,
meliputi:
a. Uji Legal
Pertanyaan
yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek
pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah
antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi
membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang
berhubungan dengan moral.
b. Uji Regulasi/Standar
Profesional
Bila dilema
etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada
pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang
wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang
tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh
koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda,
tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
c. Uji Intuisi
Langkah ini
mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada
yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan
membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah
tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.
Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk
permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan
bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang
sama-sama benar.
d. Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Anda
akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran
dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi
konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan
terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.
e. Uji Panutan/Idola
Dalam langkah
ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang
merupakan panutan Anda. Tentunya di sini fokusnya adalah keputusan apa yang
kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda
dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
f. Uji Intuisi berhubungan
dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang
konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
g. Uji halaman
depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking)
yang mementingkan hasil akhir.
h. Uji
Panutan/Idola
Berhubungan
dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking),
di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri
Anda pada posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal
di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka
sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau
merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral
dilema, namun bujukan moral.
Langkah 5
Pengujian Paradigma Benar lawan
Benar.
Dari keempat
paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?
1. Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Apa pentingnya
mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun
membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul
mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Langkah 6
Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip
penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
o Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
o Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
o Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah 7
Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi
yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.
Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir
sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan
masalah.
Langkah 8
Buat Keputusan
Akhirnya kita
akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan
keberanian secara moral untuk melakukannya.
Langkah 9
Lihat lagi Keputusan dan
Refleksikan
Ketika
keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. salah satu langkah yang dapat kita gunakan adalah
teknik IA (Inquiry Apresiatif) menggunakan konsep BAGJA yang
berarti Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan
Atur Ekseskusi.
Setelah melalui
proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri
karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan
tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan
keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya.
Dan setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya akan memihak pada murid.
Sehingga akan berdampak bagi kemajuan pendidikan. Saya juga merasa mendapatkan
wawasan yang berharga sebagai individu, terutama ketika melihat masalah yang
saya hadapi.
Terima
Kasih. Semoga Bermanfaat.
Salam Guru Hebat. Tergerak Bergerak Menggerakkan dan Berdampak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar