Rabu, 12 April 2023

SEBUAH REFLEKSI MODUL 3.1 PART 2

                                                                                                  

JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1-PART 2

Pada modul 3.1 part 2 ini, saya merefleksikan hasil dari kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi dwi minggu ini membahas materi pada Modul 3.1 tentang Keterampilan Pengambilan Keputusan. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan. Dan model refleksi yang saya gunakan adalah 4F (Facts/Peristiwa, Feelings/Perasaan, Findings/Pembelajaran , Future/Penerapan). Adapun yang mengembangkan model refleksi 4F adalah Dr. Roger Greenaway.

 1.  Facts (Peristiwa)

Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada peserta didik. Gossen berpendapat bahwa bila ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berpengaruh pada pembentukan karakter sebagai pendidik dan sebagai pedoman dalam mengambil sebuah keputusan. Sebagai Calon Guru Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan diimplementasikan seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 

Pengambilan keputusan tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, melainkan juga oleh seluruh warga sekolah. Pada kenyataan masih ada dalam hal ini guru yang belum memahami perbedaan antara bujukan moral dengan dilema etika. Selain itu, masih banyak juga yang belum memahami tentang langkah-langkah tepat mengambil keputusan dan tidak jarang pula keputusan yang diambil tidak hanya mengakomudasi kepentingan salah satu pihak. Pada dasaranya keputusan yang baik dan tepat merupakan keputusan yang dapat mengakomudasi kepentingan kedua belah pihak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman warga sekolah terkait bagaimana mengambil keputusan yang tepat terhadap sebuah dilema yang dihadapi.

Warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa itu dilema etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang diambil tidak menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala kemungkinan yang muncul akan dapat diminimalisir.


2.   Feelings (Perasaan)

Sebagai seorang guru, tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. Ada keraguan yang sering muncul di dalam perasaan apakah permasalahan tersebut konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami oleh seluruh warga sekolah karena terkadang bisa menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, ketrampilan pengambilan Keputusan sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka saya memiliki optimisme dengan memutuskan untuk tetap menjalankan tugas program jangka pendek sebagai guru dan juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan tugas-tugas sebagai calin guru penggerak yang merupakan program jangka panjang artinya tenggat waktu penugasannya lebih lama sehingga penulis dapat melakukannya secara seimbang dengan cara memanajemen waktu secara efektif dan efisien.

Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu membuat keputusan serta dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral dan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan memberi saya kepercayaan diri dalam membuat keputusan yang tepat. Mempraktikkan keterampilan membuat keputusan ini dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

 

3.   Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran yang saya dapatkan setelah pelaksanaan aksi nyata ini adalah sangat luar bisa karena dalam hal ini saya dapat belajar untuk selalu berkolaborasi, berbagi dan belajar untuk memulai berkomunikasi terkait apa rencana yang kita miliki terutaman untuk pembelajaran yang berpihak kepada murid. Selain itu pembelajaran yang saya dapatkan adalah adanya Kerjasama yang baik serta meningkatnya pemahaman terkait bagaimana dalam mengambil keputusan yang efektif sehingga dari semua itu dapat berdampak pada murid itu sendiri.

Sebagai sebuah institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai,  dan moralitas  dalam diri setiap murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral. Dimana etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral. Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang artinya sama dengan etika, yaitu, ‘adat kebiasaan’. Moralitas sebagaimana dinyatakan oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket. Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun. Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan etika, yang lebih bersifat ‘universal’ etiket bersifat lokal (Rukiyanti, Purwastuti, Haryatmoko, 2018).

 

4.   Future (Penerapan)

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.



Paradigma Dilema Etika

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

a. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

9 langkah Pengambilan Keputusan

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu Anda dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

 

Langkah 1.

Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, jangan langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

 

Langkah 2.

Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

 

Langkah 3

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang. dalam hal ini kita dapat menggunakan salah satu teknik Coaching dan Kompetensi Sosial Emosi Teknik STOP.

 

Langkah 4

Pengujian benar atau salah, meliputi:

a. Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

b. Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

c. Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

d. Uji Halaman Depan Koran

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

e. Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda. Tentunya di sini fokusnya adalah keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

f. Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

g. Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

h. Uji Panutan/Idola

Berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

 

Langkah 5

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

 

Langkah 6

Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

o Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

o Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Langkah 7

Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

 

Langkah 8

Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

 

Langkah 9

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. salah satu langkah yang dapat kita gunakan adalah teknik IA (Inquiry Apresiatif) menggunakan konsep BAGJA yang berarti Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Ekseskusi.

Setelah melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Dan setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak bagi kemajuan pendidikan. Saya juga merasa mendapatkan wawasan yang berharga sebagai individu, terutama ketika melihat masalah yang saya hadapi.

Terima Kasih. Semoga Bermanfaat.

Salam Guru Hebat. Tergerak Bergerak Menggerakkan dan Berdampak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

  Koneksi Antar Materi Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya   Sekolah Sebagai Ekosistem Ekosistem merupakan sebuah tata inter...