Kamis, 11 Mei 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Sekolah Sebagai Ekosistem Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Jadi ekosistem adalah saling berinteraksi dan keterkaitan satu sama lain. Masing-masing komponen  dalam suatu ekosistem berkontribusi dalam interaksi yang erat dan saling membutuhkan untuk menyediakan bahan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka. Cahaya matahari, udara, air, dan sumber energi lainnya semuanya saling memberikan kontribusi terhadap ekosistem. Konsep ekosistem ini diperluas ke makna yang lebih umum, terutama struktur sosial.Untuk itu, organisasi/institusi dan sekolah juga dapat dijelaskan sebagai ekosistem. Dalam Collins English Dictionary, ekosistem bisa juga diartikan sebagai interaksi dan keberkaitan antar seluruh komponen sistem yang berada pada suatu daerah/wilayah  tertentu.

 Sekolah adalah sebuah ekosistem pendidikan yang didalamnya terdapat komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang satu sama lain saling berkontribusi, berkaitan dan saling berinteraksi dalam kelangsungan penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di level mikro. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah :

1) peserta didik

2) kepala sekolah

3) guru

4) staf/tenaga kependidikan

5) pengawas sekolah dan dinas terkait

6) orang tua peserta didik

7) masyarakat sekitar sekolah.

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik juga memiliki kontribusi untuk kelangsungan proses pendidikan di sekolah, di antaranya adalah :

1)  Keuangan

2) Sarana dan prasarana

Untuk menggerakkan seluruh komponen biotik dan abiotik dalam komunitas sekolah dibutuhkan keunggulan dalam pengelolaan sumber daya.

Dalam konteks ini, peranan  pemimpin sangat esensial dalam melihat potensi dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki. Substansi kepemimpinan adalah pengaruh, orang yang piawai memengaruhi orang lain atau komunitas sekolah, sejatinya adalah pemimpin di komunitas tersebut. Seorang guru adalah pemimpin dihadapan peserta didiknya karena ia adalah sosok yang  berpengaruh dihadapan peserta didiknya. Seorang guru penggerak setidaknya harus memiliki beberapa kompetensi yang melekat dalam dirinya, di antaranya adalah:

1)  mengembangkan diri dan orang lain

2) memimpin pembelajaran

3) memimpin dalam pengembangan sekolah

4) memimpin manajemen sekolah.

 Sebagai pemimpin pembelajaran artinya seorang guru harus mampu memimpin upaya membangun lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik, merencanakan dan melaksanakan proses belajar yang berpusat pada peserta didik, memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada peserta didik, serta melibatkan orang tua sebagai pendamping dan sumber belajar di sekolah. 

 Dalam melaksanakan perannya sebagai pemimpin pembelajaran ada paradigma yang menekankan kemandirian sekolah untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam mereka sendiri dengan ekspektasi hasil yang didapatkan dapat berkelanjutan. Paradigma tersebut merupakan pendekatan berbasis kekuatan yang populer disebut sebagai pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Pendekatan tersebut berfokus pada potensi atau sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Jika sekolah dianggap sebagai komunitas, mengadopsi pemikiran Green dan Haines (2002), terdapat  tujuh aset utama yang dimiliki sekolah, yaitu :

1)    modal manusia, modal sosial,  modal fisik, modal lingkungan,  modal finansial,  modal politik, modal agama dan budaya.

 Untuk mengimplementasikan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran berbasis aset baik dalam lingkup kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah,  yang mesti diupayakan oleh guru di antaranya adalah:

1)    memetakan potensi aset yang dimiliki ekosistem sekolah

2)    pengambilan keputusan yang cepat, tepat, cekat, dan akurat

3)    mengkoordinasikan dan menyelaraskan seluruh sumber daya yang ada

4)    memobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Kepiawaian dalam pengelolaan sumber daya yang tepat dalam konteks pembelajaran bagi seorang guru akan membantu proses pembelajaran peserta didik lebih berkualitas. Untuk itu, langkah awal sebelum melakukan kegiatan pembelajaran bersama peserta didik sangat  diperlukan teruatama untuk mengetahui titik temu harapan dan keinginan ideal dari peserta didik. Menggali harapan dan keinginan bersama dari peserta didik sangat penting untuk menggkoordinasikan dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Misalnya, seorang guru dapat menanyakan kepada peserta didik, " Menurutmu pembelajaran seperti apa yang menyenangkan di sekolah kita ? jika kita belajar di ruang kelas, apa saja yang bisa kita upayakan agar ruang kelas kita nyaman untuk belajar?" Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti itu akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan tindakan dengan memaksimalkan sumber daya yang sudah ada sehingga suasana dan proses pembelajaran peserta didik terus berproses menuju perbaikan kualitas. Apalagi diakhir setiap pembelajaran guru membimbing peserta didik untuk senantiasa mengajukan pertanyaan reflektif maka upaya perbaikan mutu pembelajaran dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Materi modul 3.2 tentang pemimpin pengelolaan sumber daya berkaitan erat dengan modul sebelumnya tentang  pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam dan kodrat zaman merupakan aset yang melekat untuk mengembangkan ekosistem pembelajaran sekolah agar lebih berkualitas dan berpihak pada peserta didik.  Untuk itu, seorang guru penggerak harus memiliki visi dan imaji yang kuat terkait perannya sebagai agen transformasi di sekolah.

Materi modul 3.2 juga berkaitan dengan modul 1.2 tentang  nilai  dan peran guru penggerak dan modul 1.3 tentang visi guru penggerak karena melalui visioning yang kuat seorang guru penggerak akan mampu mengupayakan penyelarasan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah sehingga kelemahan suatu ekosistem sekolah menjadi tidak relevan lagi, melainkan lebih terfokus pada kekuatan sumber daya  yang dimiliki oleh sekolah. Inkuiri apresiatif dengan pendekatan BAGJA sangat relevan untuk melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang  akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan  positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul 3.2 pun berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif.

Selain itu, jika kita mampu memetakan sumber daya peserta didik yang ada, maka kita dapat mengupayakan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir perbedaan  kekuatan yang dimiliki oleh peserta didik. Hal tersebut telah dipelajari dalam modul sebelumnya yakni modul 2.1.  Kekuatan individual dalam diri peserta didik tersebut bisa dikembangkan lebih lanjut dalam aspek sosial dan emosional melalui pembelajaran sosial emosional yang telah  dipelajari dalam modul 2.2. Untuk memaksimalkan semua potensi dan kekuatan peserta didik agar berdampak terhadap prestasi peserta didik dapat diupayakan melalui praktik coaching yang telah dipelajari di modul 2.3.  Selain itu, sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dibutuhkan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat, cepat, cekat, dan akurat. Hal tersebut telah dipelajari dalam modul 3.1.

 Sebelum mempelajari  modul ini, saya memiliki paradigma deficit based asset yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) artinya saya melihat ekosistem sekolah dalam sudut pandang   kelemahan  sehingga  keunggulan atau potensi yang ada seolah tertutupi tanpa melihat Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach) untuk bisa dikelola lebih lanjut. Hal ini mengakibatkan saya mengalami kesulitan dalam mengolah sumber daya yang ada untuk kepentingan pembelajaran peserta didik karena saya lebih sering terfokus pada masalah yang dihadapi. Setelah mempelajari modul 3.2 ini, perspektif saya ternyata selama ini keliru. Untuk melakukan transformasi pendidikan di sekolah pendekatan asset based community development merupakan langkah terbaik dan lebih relevan karena  berfokus pada kekuatan yang dimiliki dalam ekosistem sekolah sehingga memudahkan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, dan melaksanakan rencana aksi transformasi pendidikan yang berpihak pada peserta didik untuk mewujudkan Pendidikan yang berpihak pada peserta didik sebagai pelajar yang berprofil pancasila.

 Link Canva

https://www.canva.com/design/DAFiZ0udngc/N1Yek7VSzn7gVZmeUMUgFw/edit?utm_content=DAFiZ0udngc&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton

 

Salam Guru Penggerak.

Bergerak Tergerak Menggerakkan dan Berdampak

Terima Kasih Semoga Bermanfaat!

Minggu, 16 April 2023

Sebuah Analisis Perjalanan Interview CGP

 

Analisis Hasil Wawancara Modul 3.1

Jawaban          :

1.      Menurut saya, kasus dilema etika (benar melawan benar) merupakan situasi yang terjadi ketika harus memilih dan memutuskan antara 2 pilihan yang ke-2 pilihan itu benar secara moral dan mengandung nilai-nilai kebajikan universal namun kedua nilai tersebut saling bertentangan.  Sedangkan bujukan moral (benar melawan salah) adalah dimana situasi ketika harus mengambil keputusan antara benar dengan salah. Jadi sebelum keputusan diambil dalam kasus dilema etika terlebih dahulu dilakukan : mengumpukan fakta yang terjadi, siapa-siapa yang terlibat, menganalisis benar salahnya, membuat alternatif pemecahannya, membuat keputusan dan refleksi Langkah-langkah yang dilakukan. Hal-hal efektif dalam mengambil keputusan kasus dilema etika adalah dengan menelaah siapa saja yang terlibat, mendesak atau tidak kasus tersebut, dan pengambilan alternatif-alternatif solusi.

2.      Tantangan dalam mengambil keputusan kasus dilema etika adalah masalah tersebut mempunyai nilai yang sama-sama penting tetapi harus ada yang diprioritaskan, adanya peraturan yang harus ditaati, adanya atasan langsung yang terlibat, juga nilai-nilai kebajikan yang harus diutamakan

3.      Dalam pengambilan keputusan dilema etika ada tata kelola dengan menganalisa, mempertimbangkan, dan memusyawarahkan kasus dilema etika.

4.      Seseorang atau faktor yang mempermudah pengambilan keputusan pada kasus dilema etika adalah orang-orang yang terlibat adalah orang yang menghargai dan menerima keputusan atasan langsung

5.      Pembelajaran yang diambil dari pengambilan keputusan pada kasus dilema etika adalah sebelum mengambil keputusan harus menganalisa kasus yang ada, banyak pertimbangan-pertimbangan. Semua yang terlibat pada pengambilan keputusan harus siap menerima dan menghormati keputusan yang ditetapkan. 

6.      Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?

Berdasarkan hasil wawancara, para kepala sekolah yang saya wawancarai dalam pengambilan keputusan antara lain:

a.       Mengidentifikasi permasalahan & mengambil keputusan dengan berdiskusi dengan warga sekolah /stakeholder/orang tua murid

b.      Meminimalisir dampak negatif ketika sebuah keputusan diambil

7.      Pengambilan keputusan harus dilakukan secara objektif dan berkeadilan Jika dibandingkan dengan apa yang telah saya pelajari di modul 3.1, para pemimpin/kepala sekolah sudah menerapkan beberapa hal mengenai 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian hanya saja belum semua nya dilakukan terutama pada hal Uji benar/salah dan Investigasi Opsi Trilema, namun pada dasarnya para pemimpin tersebut sudah menerapkan prinsip pengambilan keputusan dimana keputusan yang diambil berbasis hasil akhir 

8.      Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

Jawab :

Berdasarkan hasil wawancara, ada beberapa yang sama antara lain: Tahap identifikasi permasalahan secara umum sama yaitu melalui pengumpulan fakta-faktanya & pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif solusi Penyelesaian permasalahan dilakukan secara bertahap sehingga keputusan yang diambil tidak asal memutuskan saja namun melalui pertimbangan secara matang Perbedaan hasil wawancara dari 3 kepala sekolah antara lain: Kepala sekolah yang pertama mengedepankan diskusi terhadap permasalahan , Kepala sekolah kedua lebih mengutamakan sebuah keputusan yang berpihak pada siswa, sedangkan kepala sekolah yang ketiga menonjolkan analisis masalah yang kemudian menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Menurut saya kepala sekolah yang menjadi acuan saya adalah kepala sekolah /pimpinan yang ketiga karena lebih sesuai dalam pengambilan keputusan pada modul 3.1  

9.      Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika ? bagaimana mereka bisa mengatur efektivitas pengambilan keputusan mereka

Jawab :

Rencana ke depan para pimpinan jika dihadapkan dengan masalah dilema etika adalah melalui analisa-analisa permasalahan secara runtut dan lengkap berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan . Para pimpinan dapat mengukur efektivitas pengambilan keputusan dengan cara melakukan uji benar-salah, kemudian melakukan refleksi dan evaluasi ketercapaian keputusan yang diambil berdasarkan apa yang sudah berjalan dan masukan dari beberapa pihak terkait yang menjalankan keputusan tersebut

10.  Bagaimana anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan anda , pada murid-murid anda, dan para kolega guru-guru anda yang lain? Kapan anda menerapkannya?

Jawab :

Jika saya menghadapi permasalahan dilema etika untuk pengambilan keputusan saya akan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Mulai dari mengenali nilai-nilai yang bertentangan , menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan , melakukan uji benar-salah , menguji paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip penyelesaian dilema (resolusi) melakukan investigasi opsi trilema , membuat keputusan dan merefleksinya. Saya akan menerapkan nya jika ada permasalahan dilema etika atau bujukan moral . atau jika rekan guru/kolega menemui kasus tersebut saya akan segera membantu.

Rabu, 12 April 2023

SEBUAH REFLEKSI MODUL 3.1 PART 2

                                                                                                  

JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1-PART 2

Pada modul 3.1 part 2 ini, saya merefleksikan hasil dari kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi dwi minggu ini membahas materi pada Modul 3.1 tentang Keterampilan Pengambilan Keputusan. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan. Dan model refleksi yang saya gunakan adalah 4F (Facts/Peristiwa, Feelings/Perasaan, Findings/Pembelajaran , Future/Penerapan). Adapun yang mengembangkan model refleksi 4F adalah Dr. Roger Greenaway.

 1.  Facts (Peristiwa)

Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada peserta didik. Gossen berpendapat bahwa bila ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut merupakan sesuatu yang penting dan berpengaruh pada pembentukan karakter sebagai pendidik dan sebagai pedoman dalam mengambil sebuah keputusan. Sebagai Calon Guru Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan diimplementasikan seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 

Pengambilan keputusan tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, melainkan juga oleh seluruh warga sekolah. Pada kenyataan masih ada dalam hal ini guru yang belum memahami perbedaan antara bujukan moral dengan dilema etika. Selain itu, masih banyak juga yang belum memahami tentang langkah-langkah tepat mengambil keputusan dan tidak jarang pula keputusan yang diambil tidak hanya mengakomudasi kepentingan salah satu pihak. Pada dasaranya keputusan yang baik dan tepat merupakan keputusan yang dapat mengakomudasi kepentingan kedua belah pihak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman warga sekolah terkait bagaimana mengambil keputusan yang tepat terhadap sebuah dilema yang dihadapi.

Warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa itu dilema etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang diambil tidak menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala kemungkinan yang muncul akan dapat diminimalisir.


2.   Feelings (Perasaan)

Sebagai seorang guru, tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. Ada keraguan yang sering muncul di dalam perasaan apakah permasalahan tersebut konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami oleh seluruh warga sekolah karena terkadang bisa menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, ketrampilan pengambilan Keputusan sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka saya memiliki optimisme dengan memutuskan untuk tetap menjalankan tugas program jangka pendek sebagai guru dan juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan tugas-tugas sebagai calin guru penggerak yang merupakan program jangka panjang artinya tenggat waktu penugasannya lebih lama sehingga penulis dapat melakukannya secara seimbang dengan cara memanajemen waktu secara efektif dan efisien.

Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu membuat keputusan serta dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral dan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan memberi saya kepercayaan diri dalam membuat keputusan yang tepat. Mempraktikkan keterampilan membuat keputusan ini dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

 

3.   Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran yang saya dapatkan setelah pelaksanaan aksi nyata ini adalah sangat luar bisa karena dalam hal ini saya dapat belajar untuk selalu berkolaborasi, berbagi dan belajar untuk memulai berkomunikasi terkait apa rencana yang kita miliki terutaman untuk pembelajaran yang berpihak kepada murid. Selain itu pembelajaran yang saya dapatkan adalah adanya Kerjasama yang baik serta meningkatnya pemahaman terkait bagaimana dalam mengambil keputusan yang efektif sehingga dari semua itu dapat berdampak pada murid itu sendiri.

Sebagai sebuah institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai,  dan moralitas  dalam diri setiap murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral. Dimana etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral. Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang artinya sama dengan etika, yaitu, ‘adat kebiasaan’. Moralitas sebagaimana dinyatakan oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket. Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun. Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan etika, yang lebih bersifat ‘universal’ etiket bersifat lokal (Rukiyanti, Purwastuti, Haryatmoko, 2018).

 

4.   Future (Penerapan)

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah.



Paradigma Dilema Etika

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

a. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

9 langkah Pengambilan Keputusan

Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu Anda dalam mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan.

 

Langkah 1.

Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, jangan langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

 

Langkah 2.

Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

 

Langkah 3

Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang. dalam hal ini kita dapat menggunakan salah satu teknik Coaching dan Kompetensi Sosial Emosi Teknik STOP.

 

Langkah 4

Pengujian benar atau salah, meliputi:

a. Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

b. Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

c. Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

d. Uji Halaman Depan Koran

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

e. Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda. Tentunya di sini fokusnya adalah keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

f. Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

g. Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

h. Uji Panutan/Idola

Berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

 

Langkah 5

Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

 

Langkah 6

Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

o Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

o Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Langkah 7

Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

 

Langkah 8

Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

 

Langkah 9

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. salah satu langkah yang dapat kita gunakan adalah teknik IA (Inquiry Apresiatif) menggunakan konsep BAGJA yang berarti Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Ekseskusi.

Setelah melalui proses pengujian keputusan sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Dan setiap keputusan yang akan saya ambil kedepannya akan memihak pada murid. Sehingga akan berdampak bagi kemajuan pendidikan. Saya juga merasa mendapatkan wawasan yang berharga sebagai individu, terutama ketika melihat masalah yang saya hadapi.

Terima Kasih. Semoga Bermanfaat.

Salam Guru Hebat. Tergerak Bergerak Menggerakkan dan Berdampak. 

Senin, 10 April 2023

SEBUAH AKSI NYATA MODUL 3.1

 Sebuah Catatan CGP Angkatan 7 Kabupaten Sidoarjo

AKSI NYATA - MODUL 3.1

RANCANGAN AKSI NYATA MODUL 3.1 a 10

KETRAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

RIA ARUMMANAH, CGP ANGKATAN 7 KELAS 120 SD NEGERI PUNGGUL 1

GEDANGAN – SIDOARJO

 

Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA  Modul 3.1 Calon Guru Penggerak adalah mendapatkan tugas untuk menjalankan rancangan aksi nyata yang sudah dibuat pada tahap demonstrasi kontekstual. Rancangan aksi nyata dibuat dalam jangka waktu 4 minggu ke depan dituangkan dalam sebuah artikel yang mengandung empat komponen dalam kerangka 4P (4F) yaitu Peristiwa (Facts), Perasaan (Feelings). Pembelajaran (Findings), dan  Penerapan ke depan (Future).

Adapun aksi nyata yang telah disusun berdasarkan refleksi 4F tersebut adalah sebagai berikut:

 

A.       Peristiwa (Facts) :

Deskripsi singkat Aksi Nyata yang sudah dilakukan, meliputi: latar belakang tentang situasi yang dihadapi, apa yang dilakukan pada Aksi Nyata, alas an, serta hasil nyata dari melakukan aksi tersebut.

Ketika saya mengikuti program Guru Penggerak dan saya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermakna serta hal-hal baru yang bersifat positif, tentunya saya ingin segera menstranfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan tersebut. Namun dengan keterbatasan yang saya miliki, saya merasa hal tersebut adalah tantangan bagi saya dan saya tidak mampu jika harus berjalan sendiri. Oleh karena itu hal pertama yang saya lakukan adalah saya menyampaikan hal-hal yang saya dapatkan kepada kepala sekolah, saya sharing dengan rekan sejawat. Dengan dukungan penuh dari kepala sekolah selaku pemangku kebijakan, beban berat saya untuk mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan kepada rekan sejawat dan warga sekolah menjadi terasa ringan karena saya tidak sendiri, saya berkolaborasi dengan warga sekolah untuk mengimplementasikannya melalui sosialisai kepada rekan sejawat, praktik langsung di dalam kelas serta melalui media social saya.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah salah satu peran yang harus dilakukan guru. Pengambilan keputusan yang tepat yang mampu mengakomodir seluruh kepentingan warga sekolah khususnya peserta didik. Keputusan yang tepat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 

Warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru dan peserta didik jadi tahu tentang apa itu dilemma etika, bujukan moral, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Mereka pun lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bahkan keputusan yang telah dibuat direfleksi kembali untuk meyakinkan apakah keputusan tersebut sudah dapat mewakili kepentingan orang lain dan tepat. Apakah keputusan yang diambil tidak menimbulkan polimek susulan. Atau kah jika tidak tepat segala kemungkinan yang muncul akan dapat diminimalisir.

Dengan melakukan praktik nyata kepada peserta didik terkait kasus yang disuguhkan, menjadikan peserta didik tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Secara logis mereka menimbang dan memikirkan dengan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang mereka ambil dapat dipertanggung jawabkan dan memberikan alasan logis kepada orang tua mereka. Keputusan yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan matang dan dihasilkan dengan penuh kesadaran.

A. 1. Latar Belakang

v  Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Sebagai seorang guru, di sekolah saya sering  menghadapi situasi di mana saya harus mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar dan saling bertentangan.

v  Dalam pengambilan sebuah keputusan, seringkali bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi. 

v  Program Pendidikan Guru Penggerak yang saya ikuti membuat hari-hari terasa cepat karena kegiatan yang begitu padat dan membutuhkan keja dan pemikiran yang ekstra. Saya sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek sebagai upaya mencetak pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai, peran, kompetensi yang berdampak pada komunitas pembelajaran di sekolah, khsusnya pada murid. Dengan adanya program ini diharapkan murid dapat lebih merdeka dalam belajar dan memiliki profil pelajar pancasila sehingga guru hanya menuntun dan mengarahkan tumbuhkembang murid-muridnya sebagaimana filosofi  pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang menjadi dasar kurikulum dari Program Pendidikan Guru Penggerak ini. 

v  Sejalan dengan tujuan pendidikan guru penggerak untuk menciptakan pemimpin pembelajaran. Pembelajaran yang selalu memperhatikan perbedaan kebutuhan belajar peserta didik dan melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlakul karimah, mandiri, kreatif, bernalar kritis, gotong royong dan berkebinekaan global atau sering disebut dengan profil pelajar pancasila.

v  Cita-cita luhur tersebut akan tercapai jika seluruh elemen yang ada di sekolah mampu bergerak bersinergis untuk berkolaborasi, bergotong royong dan bekerja sama. Tidak menumpukkan tanggung jawab hanya pada guru penggerak yang ada di sekolah tersebut.

v  Guru penggerak harus menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman dan praktik baik yang diperoleh selama pendidikan guru penggerak kepada seluruh warga sekolah. guru penggerak akan memberikan perubahan terhadap komunitas sekolah. 

 

A.  2. Aksi Nyata

Supaya selaras harus dilakukan sosialisasi dan praktik pengambilan keputusan kepada guru di SDN Punggul 1.   Guru dapat melahirkan Peserta didik yang merdeka dari proses pengambilan keputusan yang tepat dari seorang guru. Pengambilan keputusan keputusan yang diawali dengan memetakan asset/sumber daya yang dimiliki menggunakan pendekatan inquiri apresiatif dengan tahapan BAGJA.

Kegiatan aksi nyata ini meliputi tiga kegiatan yaitu : 

a.    Sosialisasi

Sosialisasi dan praktek pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada pemangku kepentingan dan stekholder sekolah dan komunitas praktisi dan seluruh warga sekolah. 

Dengan sosialisasi terhadap kepala sekolah, beberapa guru, komunitas praktisi dan para peserta didik akan memberikan pencerahan dalam pengambilan keputusan permasalahan dilemma etika yang dihadapi warga sekolah. 

Sosialisasi kepada Peserta didik pun akan membantu mereka menentukan suatu pilihan tepat dengan berbagai pertimbangan yang matang. Simulasi yang dilakukan kepada peserta didik akan membantu mereka mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan dan mendewasakan mereka dalam pengambilan keputusan.

Dalam kegiatan ini dilakukan sosialisasi bagaimana peserta dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral , kemudian memahami bagaimana paradigma yang digunakan untuk pengambikan keputusan , kemudian apa saja prinsip yang digunakan untuk pengambilan keputusan , setelah itu bagaimana peserta dapat mempraktekkan 9 langkah pengambilan keputusan 2.) penerapan pengambilan keputusan  yang dialami peserta didik, kegiatan ini dilakukan dengan mengimplementasikan langkah-langkah pengambilan keputusan terhadap situasi yang dialami peserta didik.

b.   Deskripsi Aksi Nyata 

Aksi nyata penerapan modul 3.1. pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan Calon Guru Penggerak di SMPN 2 Talaga dimulai dengan mensosialisasikan perbedaan dilemma etika dan bujukan moral serta Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sosialisasi dilakukan beberapa waktu yang berbeda. 

v Pertama sosialisasi dilakukan kepada kepala sekolah yang dihadiri pula oleh beberapa guru dan komunitas praktisi. Di lain waktu sosialisasi di lakukan kepada seluruh warga sekolah tak terkecuali peserta didik yang dikumpulkan di lapangan sekolah. 

v Alhamdulillah kepala sekolah, komunitas praktisi, beberapa guru dan peserta didik menjadi paham perbedaan antara dilemma etika dan bujukan moral. 

v Mereka pun memahami bagaimana mengambil keputusan dengan mengaplikasikan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka paham bagaimana mengambil keputusan yang meminimalisir kesalahan dan resiko akibat keputusan yang tidak tepat. 

v Dan mereka paham cara mengambil keputusan dengan tepat. Mereka pun diberi pemahaman terkait paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan selain 9 langkah pengambilan keputusan.

v Selanjutnya Calon guru penggerak mengadakan simulasi dengan beberapa peserta didik. Beberapa peserta didik diberikan contoh kasus yang terkait dilemma etika yang sering terjadi dengan keseharian peserta didik. 

v Mereka coba menyelesaikan kasus dilemma etika tersebut dengan memperaktekkan cara pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman hasil sosialisasi sebelumnya. Kasus yang meninpa mereka yang berhubungan pengambilan keputusan dan dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip dan langkah pengambilan keputusan. Ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan meliputi :

1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2) Menentukan siapa yang terlibat

3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4) Pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut yang terdiri dari

·         Uji legal

·         Uji intuisi

·         Uji Publikasi (Perasaan saat keputusan kita dipublikasikan di halaman depan umum)

·         Uji Panutan (Keputusan apa yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi itu)

5) Menentukan paradigma yang terjadi pada situasi tersebut

6) Menentukan prinsip yang akan kita pilih/pakai dari tiga prinsip

7) Melakukan Investigasi Opsi

8) Membuat keputusan

9) Melihat dan merefleksikan keputusan kita

v  Awalnya mereka kebingunan tetapi dengan berdiskusi dan berkolaborasi dengan temannya sedikit demi sedikit mereka memahami cara pengimplementasian konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Mereka nampak antusias menyelesaikan kasus yang disajikan. Mereka saling bertanya kasus tersebut pernah dialami pernah dialami mereka.  

v  Kasus tentang bagaimana keputusan yang harus diambil oleh seorang siswi ketika dihadapkan dengan dua pilihan melanjutkan sekolah ke SMK karena pilihan sendiri supaya bisa langsung bekerja untuk membantu ekonomi keluarga atau melanjutkan ke SMA pilihan dari orang tua karena supaya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Alasan orang tua bekerja sebagai TKI, ingin anaknya sekolah setinggi-tingginya. Sebenarnya anak tersebut pingin sekolah lebih tinggi tapi suka ada perasaan pingin juga berkumpul bersama orang tua yang utuh biarlah sampai SMK supaya sedikit bisa meringkan beban orang tua.

c.   Penerapan

penerapan pengambilan keputusan  yang dialami peserta didik, kegiatan ini dilakukan dengan mengimplementasikan langkah-langkah pengambilan keputusan terhadap situasi yang dialami peserta didik.

 

A.  3. Alasan

Alasan melakukan aksi nyata tersebut

Perubahan tidak akan maksimal berjalan jika dilakukan hanya oleh CGP saja. Perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak khusus pemimpin/kepala sekolah dan seluruh warga sekolah. dilemma etika merupakan dua kebenaran yang datang secara bersamaan dan perlu ada satu pilihan tepat dari kedua kebenaran tersebut. 

Alasan Aksi Nyata yang saya lakukan:

1.     Menjadi satu tuntutan dan keharusan yang saya lakukan dalam Tugas dan Kewajiban sebagai Calon  Guru Penggerak adalah melakukan Aksi Nyata sesuai dengan Modul yang dipelajari.

2.    Pemahaman dan pengetahuan yang didapat selama mempelajari paket modul harus diterapkan dalam pelaksanaan tugas di sekolah, baik dalam pembelajaran maupun melaksanakan tugas lainnya. Hal ini diharapkan Calon Guru Penggerak menunjukkan pemahamannya terhadap materi dengan memanfaatkannya untuk menyelesaikan masalaah yang dihadapi.

3.    Penerapan  Ilmu pengetahuan, pemahaman yang didapatkan ini diharapkan benar-benar dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Hal ini juga mengandung maksud agar apa yang diperoleh kemudian diterapkan oleh Calon Guru Penggerak menjadi praktik baik yang bisa ditiru oleh rekan sejawat (guru lainnya).

4.    Situasi dan Kondisi negara yang belum stabil megharuskan sekolah sebagai lembaga pendidikan harus selalu siap melakukan perubahan di setiap saat dalam mengadakan pelayanan kepada murid. Pembelajaran yang belum bisa dilaksanakan secara normal, dan masih harus melakukan kombinasi secara daring dan tatap muka terbatas, jelas membutuhkan kecermatan, ketelitian dan kebijakan yang tepat untuk dilaksanakan sekolah. Dalam hal ini, saya selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum selalu aktif untuk berkonsultasi dengan atasan (Kepala Sekolah), Komunikasi dan koordinasi dengan Tim Kurikulum dan juga Seluruh Guru dan Karyawan agar dapat menterjemahkan kebijakan Dinas dan Kepala Sekolah secara tepat dan cepat.

5.    Pembelajaran diferensiasi (konten, proses, produk) memunculkan permasalahan yang cukup pelik dalam memberikan pelayanan kepada murid. Tingkat kedisiplinan murid yang cenderung menurun, keterlibatan orang tua dalam pengawasan belajar murid selama pembelajaran juga kurang optimal. Hal ini memerlukan pemikiran yang tepat agar murid tetap terlayani dengan baik namun juga tuntutan kualitas tetap terjaga.

6.    Membantu guru dan murid untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan meningkatkan efektifitas komunikasi dan kolaborasi sesama guru, murid dan juga dengan orang tua/wali murid, serta optimalisasi dari peran wali kelas.

7.    Kepedulian dan pelayanan kepada murid harus ditingkatkan agar tujuan Pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan kualitas yang tetap terjaga.

 

A.  4. Hasil Aksi Nyata

1.     Terlaksananya dengan baik rancangan Aksi nyata sebagai satu tugas yang harus dilaksanakan Calon Guru Penggerak

2.    Optimalisasi peran guru dalam memberikan pelayanan kepada murid.

3.    Menyelesaikan masalah yang dihadapi di sekolah dengan tidak ada yang merasa dirugikan.

4.    Pengambilan keputusan menjadi salah satu bagian tidak terpisahkan dari bagimana kita menyusun, membuat bahkan memutuskan sebuah permasalahan yang berkaitan tentang pembelajaran disekolah.

 

Pengambilan keputusan tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, melainkan juga oleh seluruh warga sekolah. Pada kenyataan masih ada dalam hal ini guru yang belum memahami perbedaan antara bujukan moral dengan dilema etika. Selain itu, masih banyak juga yang belum memahami tentang langkah-langkah tepat mengambil keputusan dan tidak jarang pula keputusan yang diambil tidak hanya mengakomudasi kepentingan salah satu pihak. Pada dasaranya keputusan yang baik dan tepat merupakan keputusan yang dapat mengakomudasi kepentingan kedua belah pihak. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan upaya untuk meningkatkan pemahaman warga sekolah terkait bagaimana mengambil keputusan yang tepat terhadap sebuah dilemma yang dihadapi.

Beranjak dari kondisi diatas, saya pun telah berusaha untuk meberapkan langkah-langkah yang saya lakukan dalam aksi nyata sebagai berikut.

 

Rencana Aksi nyata yang akan saya lakukan di sekolah :

1.      Berkoordinasi dengan kepala sekolah terkait pelaksanaan aksi nyata yang akan dilakukan terkait pengambilan dan pengujian keputusan yang diperoleh dalam Pendidikan guru penggerak modul 3.1. Selanjutnya berdasarkan hasil koordinasi yang telah dilakukan, bapak kepala sekolah sangat mengapresiasi penerapan aksi nyata yang akan dilakukan

2.    Menyusun rencana aksi nyata yang akan dilakukan, dalam hal ini aksi nyata yang dilakukan terkait dengan kodisi yang terjadi disekolah atau permasalah yang dialami murid di sekolah, baik masalah pribadi, sosial, belajar maupun karir.

3.    Menganalisis kasus yang terjadi disekolah saat ini, hal ini dilakukan untuk memahami kasus yang terjadi. Dalam hal ini melibatkan guru BK dan guru mata pelajaran dalam menganalisis kasus yang perlu penanganan yang mendesak terlebih dahulu

4.    Menyusun materi berbagi terkait 9 langkan pengambilan dan pengujian keputusan yang efektif. Dalam hal ini materi yang saya gunakan dalam berbagi ini adalah raingkasan modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

5.    Menyampaikan materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran kepada kepala sekolah dan selanjutnya saya akan mensosialisasikan garis besar materi pada modul 3.1 kepada rekan sejawat.di sekolah.

6.    Mempraktikkan secara langsung pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran kepada siswa di kelas.

7.    Proses berbagi dengan komunitas guru BK dan wali kelas terkait pengambilan keputusan terutama dalam mengambil keputusan terkait bujukan moral dan dilemma etika. Yang diawali dengan menggali pemahaman awal mereka terkait kasus dilemma etika maupun bujukan moral, selanjutnya dari pemahaman awal tersebut dijadikan sebagai penguatan Kembali atas pemahaman bagaimana dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kasus dilemma etika ataupun bujukan moral. Sehingga nantinya keputusan yang diambil dapat efektif dan efisien.hasil dari proses ini rekan sejawat memiliki pemahaman bagaimana mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang efektif

8.    Evaluasi melalui koordinasi dengan guru BK dan wali kelas terkait sejauh mana penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran terkait kasus yang dihadapi yang berkenaan dengan kondisi murid

 

B.  Feeling / Perasaan

Perasaan Saat Melaksanakan Aksi Nyata  : Ada keraguan yang sering muncul di benak. 

1.     Apakah praktik baik yang akan dilakukan yaitu pengimbasan pengetahuan dan pengalaman terkait konsep pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan diterima dan dipahami oleh seluruh warga sekolah. dan apakah peserta didik mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dalam kasus  yang disuguhkan.

2.    Seiring dengan proses yang dilakukan keraguan tersebut terbantahkan. Seluruh warga sekolah menerima dengan tangan terbuka terhadap perubahan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan. Walaupun konsep pengambilan dan pengujian keputusan termasuk konsep baru Alhamdulillah proses sosialisasi kepada seluruh warga sekolah berjalan sesuai dengan harapan dan siswa pun mampu menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terhadap kasus yang disuguhkan kepada mereka.  

3.    Pada saat saya mendapatkan dukugnan dari Kepala Sekolah untuk melaksanakan rancangan aksi nyata saya merasa bersyukur dan optimis untuk melangkah lebih jauh ke depan. Saya percaya bahwa memberikan yang terbaik dari dalam diri sendiri untuk orang lain baik itu keluarga terdekat, siswa kita, teman sejawat, lingkungan sosial dan masyarakat luas akan berdampak positif bagi diri kita sendiri. Kuncinya siapa yang menanam dia akan memanen hasilnya. Perasaan saya ketika saya dapat berbagi ilmu dengan teman sejawat di sekolah saya merasa puas, senang, gembira dan sangat bermakna bagi saya.

4.    Saat merencanakan aksi nyata, saya dihadapkan dengan paradigma dilema etika jangka pendek lawan jangka panjang dengan memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang sehingga benar jika Program Pendidikan Guru Penggerak merupakan prioritas dan di satu sisi, juga memberikan pelayanan kepada Murid (pembelajaran) dan juga tugas sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum.

5.    Dengan bekal elaborasi pemahaman bersama instruktur, berdiskusi dengan fasilitator, serta pendampingan dari Pengajar Praktik dan juga sesama calon guru penggerak, dan belajar secara mandiri, saya melakukan metakognisi terhadap materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengambil prinsip resolusi yakni Berpikir berbasis hasil akhir (End-based thinking). Artinya, keputusan yang diambil untuk kebaikan orang banyak.

6.    Selanjutnya penulis menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Mulai dari mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan pengujian benar atau salah: Uji Legal (Apakah ada pelanggaran hukum dalam situasi ini), Uji Regulasi/profesionalitas (Apakah ada pelanggaran peraturan/ kode etik), Uji Intuisi (Menurut intuisi/perasaan kita, apa ada yang salah), Uji Halaman Depan Koran (Apabila hal ini dipublikasikan (warga di luar sekolah tahu), apakah akan merasa malu dan tidak nyaman), dan Uji panutan/idola (apa yang dilakukan orang bijak jika masalah ini terjadi), Pengujian paradigma Benar Lawan Benar, melakukan prinsip resolusi, Investigasi opsi trilemma (Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif lainnya yang tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini), membuat Keputusan dan terakhir melihat kembali keputusan dan merefleksikan. 

7.    Setelah melakukan langkah-langkah di atas, maka saya memiliki optimism dengan memutuskan untuk tetap menjalankan tugas program jangka pendek sebagai guru dan juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan tugas-tugas sebagai calin guru penggerak yang merupakan program jangka panjang artinya tenggat waktu penugasannya lebih lama sehingga penulis dapat melakukannya secara seimbang dengan cara memanajemen waktu secara efektif dan efisien.

8.    Setelah penerapan aksi nyata modul 3.1. terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran awalnya merasa agak canggung terutama dalam memulai komunikasi terkait rencana pelaksanaan aksi nyata yang akan dilakukan. Namun dengan kolaborasi yang telah dilakukan aksi nyata pun dapat terlaksana dengan baik. Perasaan bahagiapun saya rasakan ketika dapat berbagai dan sekaligus tertantang untuk terus berlatih, berbagi dan meningkatkan pemahaman saya dan rekan sejawat lainnya terkait pengambilan keputusan yang efektif sebagai pemimpin pembelajaran.

 

C.   Finding/Pembelajaran

Dari dilema etika yang saya hadapi, maka ada beberapa pembelajaran yang dapat dipetik yakni:

1.     Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus memiliki kompetensi resiliensi (daya lenting) sehingga dapat menghadapi berbagai situasi dan tantangan.

  1. Guru harus memiliki kesadaran diri bahwa ia memiliki tugas dan tanggung jawab yang banyak, maka dari itu hanya dirinya yang memahami bagaimana cara menyelesaikannya.
  2. Guru harus memiliki kompetensi pengelolaan diri terutama manajemen waktu sehingga setiap pekerjaannya bisa diselesaikan dengan baik sesuai dengan prioritas yang ada. 
  3. Guru harus memiliki kesadaran sosial yakni dapat membagi ilmu dan pengalaman yang dimilikinya kepada teman-teman sejawat, khususnya dalam satu sekolah.
  4. Seorang pemimpin pembelajaran harus dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab.
  5. Guru harus secara aktif melakukan konsultasi, komunikasi dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder yang ada dalam rangka memberikan pelayanan secara optimal kepada murid.  

7.    Praktek baik penerapan konsep pengambilan keputusan hanya dilakukan kepada beberapa peserta didik tidak semua peserta didik melakuka praktek baik tersebut. Tidak menutup kemungkinan masih banyak peserta didik kebingungan dan bahkan tidak secara maksimal mampu mempraktekkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam menyelesaikan kasus dilemma etika yang bakal mereka hadapi di kemudian hari.

8.    Pengambilan keputusan bisa jadi tidak berjalan seutuhnya apalagi jika pengambilan keputusan tersebut berbenturan dengan kebijakan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh pemangku kebijakan dalam satu institusi (Sekolah).

9.    Suatu praktik baik yang dilakukan dengan niat tulus dan sejalan dengan peningkatan kualitas seluruh elemen institusi akan memberikan kemanfaatan dan keberhasilan terhadap institusi tersebut. Begitu pun dengan praktik baik yang dilakukan CGP di SDN Punggul 1 memberikan beberapa keberhasilan di antaranya sebagai berikut:

v Khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam pengambilan keputusan seluruh warga sekolah makin bertambah dan meningkat.

v Kepala sekolah, guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya bergerak bersinergis menerapkan proses pengambilan keputusan baik di kegiatan sekolah ataupun di kelas.

v Terjadi perubahan paradigma warga sekolah dalam pengambilan keputusan yang tadi selalu bergerak cepat sekarang ada proses dengan pertimbangan dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.  

v Budaya kolaborasi dan berbagi praktik baik akan sangat mendukung terciptanya ekosistem sekolah yang lebih baik. Sebagai Calon Guru Penggerak saya harus banyak belajar dan belajar sepanjang hayat guna meningkatkan kompetensi diri sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi diri sendiri,  peserta didik serta masyarakat.

          Pembelajaran yang saya dapatkan setelah pelaksanaan aksi nyata ini adalah sangat luar bisa karena dalam hal ini saya dapat belajar untuk selalu berkolaborasi, berbagi dan belajar untuk memulai berkomunikasi terkait apa rencana yang kita miliki terutaman untuk pembelajaran yang berpihak kepada murid. Selain itu pembelajaran yang saya dapatkan adalah adanya Kerjasama yang baik serta meningkatnya pemahaman terkait bagaimana dalam mengambil keputusan yang efektif sehingga dari semua itu dapat berdampak pada murid itu sendiri.

     

D.   Penerapan ke depan (Future).

1.     Penerapan ke depan saya akan menggunakan nilai-nilai kebajikan untuk membantu saya dalam mengambil langkah sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil suatu keputusan terbaik dan bijaksana sehingga peran saya sebagai seorang guru akan lebih bermakna.

2.    Sedangkan perubahan nyata yang saya rasakan dalam diri saya, adalah adanya tekad dalam meningkatkan pembelajaran dalam bentuk kolaborasi sebagai bentuk dukungan dari rekan sejawat. Peningkatan sikap dan pemikiran positif terkait dengan peningkatan kompetensi diri, khususnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap keputusan yang kita diambil ke depannya terkait peran kita sebagai pemimpin pembelajaran.

3.    Rencana perbaikan penerapan yang dilakukan adalah :

v  Setiap peserta didik diberikan kesempatan yang sama untuk mempraktikkan konsep pengambilan keputusan dengan menerapakan Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan baik dalam forum diskusi maupun disisipkan sebagai materi tambahan yang dilakukan guru mata pelajaran.

v  Memaksimalkan peran komunitas praktisi dalam membantuk menerapkan konsep pengambilan keputusan sebagai agen perubahan yang akan memberikan layanan terhadap kesulitan yang terjadi pada proses pengambilan keputusan yang dilakukan.

v  Melibatkan warga sekolah untuk melakukan umpan balik dari setiap pengambilan keputusan yang dibuat dan memberikan keleluasaan untuk memberikan masukan demi ketepatan keputusan dan melakukan refleksi.

 Salah satu bentuk pengimbasan yang dilakukan guru penggerak adalah melakukan aksi nyata yaitu aksi nyata modul 3.1 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

 Berikut adalah beberapa dokumentasi aksi nyata modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Punggul 1 :

1.     Foto Koordinasi dengan kepala sekolah

    

2.    Disemenasi dengan rekan guru/Dokpri

 



Disemenasi dengan rekan guru/Dokpri

 





 Penerapan pengambilan keputusan dengan siswa

 



Demikianlah portofolio aksi nyata modul 3.1 Ketrampilan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak

Salam Guru Hebat dan Bahagia

Tergerak Bergerak dan Menggerakkan serta Berdampak

 

Semoga Bermanfaat 

Koneksi Antar Materi Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

  Koneksi Antar Materi Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya   Sekolah Sebagai Ekosistem Ekosistem merupakan sebuah tata inter...